Sabtu, 29 Agustus 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Manajemen Finansial – Sebuah pengelolaan semua fungsi keuangan , termasuk di dalamnya adalah cara perolehan serta penggunaan semua penghasilan dari seseorang / lembaga .
Kebebasan Finansial – Disini finansial lebih diartikan sebagai sebuah keadaan yang bebas hutang karena adanya penghasilan yang tetap ditambah tersedianya dana lebih / cadangan yang dapat digunakan pada kebutuhan yang tak dapat diduga.
Sugiharto (2008:1) menyimpulkan “kepelatihan olahraga adalah pengulangan beberapa gerakan tertentu secara teratur dan sistematis, berirama, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan tubuh”. Suharno (1992:3) menyebutkan pengertian melatih adalah aktivitas pelatih menyiapkan dan menciptakan situasi lingkungan latihan sebaik mungkin dan menghubungkannya dengan anak latih sehingga terjadi proses berlatih secara efektif dan efisien untuk mencapai sasaran latihan pada saat itu.
Lalu apakah sudah tepat untuk mengganti pemain, bahkan pelatih di pertengahan musim. Semua itu tergantung pada kondisi team saat itu, team managemen mempunyai penilaian tersendiri untuk para arsitek yang menangani team mereka. Jika di rasa arsitek masih mampu untuk mengolah team maka managemen tidak akan menggantinya, tetapi jika di rasa arsitek atau pelatih dirasa tidak mampu menangani team tersebut maka managemen akan menggantinya.
Tetapi mengganti pelatih di pertengahan musim terkesan terburu – buru, karena ada juga pelatih yang membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan kondisi team. Tetapi itu semua kembali ke managemen suatu team.


2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah
1. Bagaimanakah keadaan finansial klub di dunia sekarang ?
2. Apakah hakekat pelatih yang sebenarnya pada sebuah klub sepak bola?
3. Apakah sudah tepat melakukan pergantian pelatih di pertengahan musim ?


3. Tujuan
1. mengetahui bagaimana keadaan finansial klub – klub di dunia sekarang
2. mengetahui hakekat pelatih pada sebuah klub sepak bola
3. mengetahui apakah sudah tepat pergantian pelatih pada pertengahan musim



BAB II
PEMBAHASAN
1. Keadaan Finansial Klub Di Dunia
Pengertian Finansial Dan Penerapannya Di Bidang Ekonomi - Finansial adalah kata yang sangat akrab di telinga para ekonom atau siapapun yang bergerak di bidang ekonomi. Finansial sering diartikan dengan keuangan. Pengertian ini memang tak salah, tetapi jika dijabarkan secara lebih rinci, ternyata finansial dalam bidang ekonomi memiliki arti yang lebih luas dari pada sekedar keuangan semata.
Dari peninjauan lebih lanjut , ternyata pengertian finansial mencakup beberapa aspek seperti halnya :
• Ilmu Keuangan beserta aset yang lain
• Manajemen / pengelolaan aset itu
• Bagaimana cara perhitungan serta pengaturan resiko sebuah proyek, dll
• Dari paparan beberapa aspek di atas, finansial dapat diartikan sebagai :
• Tampilkan riwayat pesan
• Management Finansial
Sebuah cara untuk mempelajari kapasitas per personal, organisasi dan bisnis dalam bidang pengelolaan, peningkatan, pengalokasian, sekaligus penggunaan sumber daya moneter yang seiring dengan waktu, perhitungan resiko hingga penentuan prospek.
Sebuah sistem administrasi yang mengatur secara detail semua urusan keluar masuk keuangan sebuah perusahaan / lembaga / instansi .
Finansial yang baik sangat ditentukan oleh sistem manajemen yang teratur, baik, serta memiliki nilai yang dapat dipertanggung jawabkan kepada semua pihak yang berkompeten.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pengertian finansial dalam bidang ekonomi adalah segala aspek yang berhubungan dengan uang, baik yang meliputi perputaran uang tersebut maupun sistem pengelolaannya.
Perkembangan Finansial
Perkembangan Finansial
Dalam perkembangan lebih lanjut dewasa ini, ternyata penerapan kata finansial makin berkembang seiring penggunaan yang makin komplek dalam bidang ekonomi. Sebut saja seperti penggunaannya pada kata :
Krisis finansial - Dalam hal ini krisis finansial adalah sebuah penggambaran bermacam macam situasi dimana sebagian besar aset keuangan mengalami kerugian sebagian besar dari nilai yang dikandungnya. Krisis finansial pada umumnya diterapkan pada kehancuran sistem ekonomi di bidang krisis mata uang, bursa efek, termasuk juga timbulnya kepanikan di bidang perbankan di masa resesi.
Manajemen Finansial – Sebuah pengelolaan semua fungsi keuangan , termasuk di dalamnya adalah cara perolehan serta penggunaan semua penghasilan dari seseorang / lembaga .
Kebebasan Finansial – Disini finansial lebih diartikan sebagai sebuah keadaan yang bebas hutang karena adanya penghasilan yang tetap ditambah tersedianya dana lebih / cadangan yang dapat digunakan pada kebutuhan yang tak dapat diduga.
Struktur Finansial – Adalah sebuah struktur / sistem dari sebuah perusahaan yang menunjukkan bagaimana cara semua kegiatan aktiva sebuah perusahaan itu dibiayai. Biasanya menyangkut berbagai sumber pembelanjaan serta adanya perimbangan yang bersifat mutlak / absolut maupun yang bersifat relatif / nisbi antara total modal asing terhadap modal sendiri, baik ditinjau dari jangka pendek maupun jangka panjang..
Audit Finansial – sebuah langkah yang dilakukan untuk menilai tingkat efektifitas dan efisiensi terhadap jumlah produktifitas semua satuan kerja pengurus sebuah lembaga / instansi / perusahaan.
Kompensasi Finansial – sebuah langkah balas jasa , yang bisa berupa penambahan uang atau pemberian bonus di luar total penghasilan seseorang .
Manfaat Finansial – sebuah kondisi dimana pelaku bisnis memperoleh keuntungan yang lebih besar jika dibanding dengan resiko yang akan dihadapi dalam menjalankan bisnisnya. Saat pengkajian sebuah studi kelayakan bisnis , biasanya manfaat finansial sering dipergunakan.
Pengembangan pengertian finansial yang makin meluas pada akhirnya memberikan Anda berbagai kemudahan dalam menggambarkan fenomena, kondisi, konsep, maupun hal hal lain yang berhubungan dengan finansial

Menengok Perkembangan Industri Sepakbola Eropa

Hampir 50 tahun lampau, sepakbola professional masih menjadi urusan domestik setiap negara Eropa. Liga utama adalah arena kompetisi tunggal, dan satu-satunya kompetisi internasional adalah Piala Dunia. Kompetisi ini pun masih memperoleh sedikit perhatian. Sebagian besar penggemar hanya tahu sedikit tentang klub sepakbola idola mereka. Sekalipun untuk pertama kali Piala Dunia ditayangkan televisi pada tahun 1954, akan tetapi jangkauan siaran hanya mencakup 10% wilayah Eropa.
Sifat internasionalisasi sepakbola telah bergerak sejak abad ke-20 namun perkembangannya begitu lamban. Inggris misalnya, masih menolak keterlibatan pemain asing, dan Jerman masih berkutat di liga amatir.
Namun pemain-pemain sepakbola Amerika Latin telah bergerak lintas negara, dengan menjadi pemain di Italia dan Spanyol. Peruntungan ekonomi relatif masih terbagi merata. Industry penyiaran sedang dalam masa pertumbuhan, harga tiket murah, dan jarang terdengar keterlibatan sponsor.
Pasar pemain Eropa masih dapat dikendalikan dan upah yang diperoleh pemain umumnya masih rendah. Para pemain kebanyakan bermain amatiran dan pemain professional harus mencari pekerjaan tambahan di musim panas untuk menambah pundi-pundi mereka. Di Inggris, misalnya, upah ditentukan menurut kesepakatan dengan klub dan biasanya setara dengan yang diterima oleh seorang pekerja kasar.
Sebagian besar klub dikontrol oleh sebuah komite yang dipilih dan klub itu harus membayar manakala akan menjadi anggota liga. Akuntabilitas masih langka. Tiap pemilik klub berkuasa mutlak atas organisasinya, bukan karena persoalan uang, akan tetapi karena mereka juga menjadi anggota komite. Di Inggris, setiap pemilik klub dilarang mengelola uang mereka sendiri oleh perserikatan sepak bola.
Di negara lain, ada keterlibatan perusahaan dalam memberikan dukungan keuangan kepada klub. Namun semua itu bukan untuk kepentingan komersial, akan tetapi karena tuntutan serikat buruh dan hal itu karena para penggemar masih terisolir dalam sebuah kawasan perkotaan tertentu.
Misalnya, klub Eindhoven didukung oleh Phillips (Belanda), kemudian Schoux didukung oleh perusahaan mobil Peugeot (Prancis), Bayer Leverkusen didukung oleh Bayer (Jerman), dan Juventus didukung oleh Fiat (Italia).
Klub-klub sepakbola tumbuh pesat di negara yang memiliki jumlah penduduk relatif padat seperti Jerman, Prancis, Inggris, Spanyol, dan Italia. Pada tahun 1956 (saat Masyarakat Ekonomi Eropa dibentuk), liga didominasi oleh klub berdasarkan jumlah perolehan kemenangan.
Di Spanyol, Real Madrid dan Barcelona masing-masing telah memperoleh 8 kejuaraan. Di Italia, Juventus, AC Milan, dan Inter, memperoleh 6 kejuaraan. Sementara di Inggris, Manchester United, Arsenal, dan Liverpool meraih 5 kemenangan.
Ke-9 klub tersebut telah mendominasi liga hampir selama 60 tahun dan posisi mereka memiliki kekuatan separuh diantara G14 (yang sesungguhnya memili 18 anggota). Dalam perserikatan sepakbola Uni Eropa, mereka juga separuh dari kekuatan lobi yang ada. Hanya Jerman dan Prancis yang belum berhasil menjadi kekuatan dominan.
Diantara anggota G14 lainnya, Bayern Munich, Borussia Dortmund, dan Bayer Leverkusen memenangkan liga Jerman hanya sekali dalam dekade 1947-1956 (tapi ketika itu liga nasional belum terbentuk). Marseille, Paris Saint-Germain, dan Olympique Lyonnais juga hanya meraih satu gelar Perancis (liga yang didominasi oleh Nice and Reims). hanya ada tiga anggota G14 di luar 5 negara besar.
Ajax dan PSV di Belanda juga hanya menang 2 gelar dalam dekade yang sama, tapi liga nasional baru saja dibentuk. Porto di Portugal telah memenangkan satu gelar, 7 dari sembilan lainnya dimenangkan oleh Sporting Lisbon dan 2 lagi oleh Benfica.
Jika menengok besar kecilnya negara, biasanya masing-masing negara itu hanya didominasi oleh 2 klub besar saja. Misalnya Celtics dan Rangers (Skotlandia), Ajak dan PSV (Belanda), dan Benfica dan Porto (Portugal).
Periode akhir Perang Dunia Kedua hingga 1990 merupakan periode stagnasi atau penurunan. Di Inggris kehadiran penonton turun dari sekitar 18 juta per musim pada akhir tahun 1940-an menjadi hanya 8 juta per musim pada tahun 1990. Di Jerman dan Perancis tingkat kehadiran penonton statis, antara 6-7 juta. Hanya Italia yang mencatat peningkatan berkelanjutan selama periode tersebut, dari 6 juta pada tahun 1960 sampai dengan 8 juta pada tahun 1990.
Sejak tahun 1990, liga Inggris, Jerman, dan Perancis telah menikmati pertumbuhan penonton yang pesat. Di Inggris kehadiran penonton meningkat lebih dari 50%, dari 8 juta menjadi 13 juta. Di Prancis dan Jerman naik hampir 2 kali lipat, dari 6 juta menjadi hampir 12 juta di Jerman dan dari sekitar 4 juta menjadi 8 juta di Perancis. Selama periode yang sama laju pertumbuhan penonton di AS rata-rata lebih lambat. Hanya di Italia yang masih stagnan sejak tahun 1990-an.
Pendapatan klub atas penjualan tiket juga perlu disimak. Antara tahun 1947 hingga 1990, pendapatan tiap klub rata-rata meningkat 42%.
Yang pasti, ini lebih baik daripada tingkat pertumbuhan rata-rata di Inggris selama periode tersebut, tapi lebih suram dibandingkan dengan liga utama AS. Jika kita bandingkan dengan kinerja klub rata-rata di liga utama, dibandingkan periode yang sama pendapatan MLB tumbuh sekitar 4 % persen per tahun secara riil hingga tahun 1990, sedangkan laba NFL tumbuh sekitar 7 % per tahun dan pendapatan NBA tumbuh sebesar 10% per tahun. Namun, sejak tahun 1990 pendapatan divisi Inggris telah tumbuh pada tingkat yang luar biasa dari 13 % per tahun secara riil.
Pada tahun 1956 rata-rata klub liga Inggris memiliki pendapatan sekitar $ 3 juta diukur dengan nilai uang saat ini, dibandingkan dengan rata-rata $ 20 juta untuk klub MLB, $ 7 juta untuk klub NFL dan $ 2 juta untuk NBA club.
Pada tahun 1990 pendapatan klub di Inggris telah meningkat menjadi sekitar $ 20 juta sementara MLB, NFL dan NBA masing-masing $ 75 juta, $ 68 juta dan $ 45 juta. Selama 15 tahun terakhir liga Inggris telah memperoleh pendapatan rata-rata $ 125 juta, dibandingkan dengan $ 142 juta untuk MLB, $ 167 juta NFL dan $ 101 juta untuk NBA.
Penyebab meningkatnya pendapatan keuangan klub-klub Eropa adalah (i) meningkatnya pendapatan dari lisensi hak penyiaran; (ii) meningkatnya pendapatan dari iklan dan sponsor; dan (iii) komersialisasi tiket yang semakin tajam.
Televisi mungkin telah menjadi kontributor tunggal yang paling penting untuk transformasi ini. Sampai akhir tahun 1980-an banyak lembaga penyiaran nasional di Eropa adalah BUMN (seperti BBC). Di Inggris klub tidak bersedia untuk menjual langsung hak untuk menyiarkan liga sepak bola secara langsung sampai tahun 1983, dan ketika mereka melakukannya memperoleh kurang dari £ 3 juta per musim dan harus dibagi terhadap 92 klub Liga Sepakbola. Di Jerman hak untuk menyiarkan pertandingan Bundesliga senilai DM 10 juta di pertengahan 1980-an. Pada tahun 1984 hak eksklusif untuk menyiarkan liga sepak bola Prancis nasional dan internasional seharga FFr 10 juta.
Atas dasar ini masuk akal untuk memperkirakan bahwa pada tahun 1985 nilai gabungan dari siaran 5 liga terbesar bernilai tidak lebih dari € 30 juta. Menurut Deloitte (2005) pendapatan TV gabungan dari lima besar liga lebih dari € 250 juta pada tahun 2003/04. Ini merupakan peningkatan seratus kali lipat dalam waktu hanya 20 tahun.
Selama tahun 1980-an ada serangkaian krisis keuangan di klub sepak bola Eropa (misalnya di Inggris pada awal tahun 1980, di Perancis dan Spanyol pada akhir 1980-an).
Salah satu tanggapan terhadap krisis ini dengan mengadopsi pendekatan yang lebih komersial untuk pengelolaan klub. Inggris pada tahun 1982 mengizinkan direksi klub diberikan gaji, menyiarkan pertandingan langsung, mengizinkan sponsor seragam klub, dan memperbolehkan klub menanamkan saham di pasar modal (Tottenham adalah klub Inggris pertama yang melakukannya pada tahun 1983). Di Perancis pembatasan dilonggarkan untuk memungkinkan klub mencari pembiayaan sendiri. Cara lain adalah mencoba dan mengatur olahraga lebih erat dan membatasi wewenang pengelolaan klub (misalnya dengan membentuk DNCG di Perancis, sebuah komite yang ditunjuk oleh liga untuk memeriksa keuangan klub). Keinginan untuk mengelola klub yang lebih besar dan keinginan mengendalikan pasar dalam rangka melestarikan pesaing dan struktur yang ada, tetap di jantung perdebatan atas masa depan industri sepakbola Eropa.

1. Klub-klub menolak menyetor dana jaminan.
Sebelum kompetisi dimuali pada akhir 2011 kemarin, PSSI meminta tim-tim peserta untuk menyetorkan dana jaminan ke bank yang telah ditunjuk PSSI. Untuk peserta kompetisi level 1, jumlahnya sebesar Rp. 5 Miliar. Sedangkan untuk peserta kompetisi level 2, jumlahnya Rp. 3 Miliar. Namun apa lacur, sebagian besar klub keberatan untuk menjalankannya. Sampai saat ini, tidak diketahui apakah semua tim kontestan memenuhi ketentuan tsb. Informasi terakhir yang saya baca di surat kabar, PSSI meurunkan uang jaminan dari 5 M menjadi 3 M untuk kompetisi level 1.
Dana tsb bukanlah semacam upeti yang harus dibayarkan klub kepada PSSI, melainkan untuk klub itu sendiri. Dana akan tetap utuh jika keuangan klub sehat. Dan baru digunakan ketika klub mengalami kesulitan finansial. Yang saya ketahui, klub daerah saya, telah mendapat surat jaminan dari bank BUMN, yang berupa kesanggupan pihak bank untuk menjamin keuangan klub sebesar yang diminta PSSI.
Di Eropa, ketika akan menjalani sebuah kompetisi, tim peserta diwajibkan memiliki sejumlah dana tertentu atau jaminan dari bank. Jika tidak, ini akibatnya :
- Tujuh klub Liga Segunda B Spanyol didegradasi ke Divisi Tercera karena tidak bisa memberi jaminan keuangan bagi pemainnya.
- Klub Liga Swiss, Neuchatel Xamax, dicoret sebagai peserta Liga Super Swiss.

2. Klub tidak tahu diri dalam menggaji pemain.
Kontrak pemain di Liga Indonesia, paling rendah berkisar pada angka 250-300 juta permusim/setahun. Itu harga pemain lokal dengan kualitas tidak terlalu bagus. Bila berstatus pemain timnas, harganya bisa mencapai angka minimal 600 juta rupiah. Apalagi pemain asing yang berkualitas tinggi, bisa melampaui 1 (satu) miliar rupiah. Wajarkah ini?
Kita ambil sampel harga 300 juta rupiah untuk durasi kontrak satu tahun. Dalam sebulan, seorang pemain menerima gaji Rp. 25 juta. Atau Rp. 6.250.000 perminggu. Gaji PNS golongan IV saja hanya seperlimanya. Sedangkan kebutuhan hidup layak atau UMR/UMP di Indonesia, tidak ada yang melebihi Rp. 2 juta. Dengan demikian, standar gaji pemain-pemain di Liga Indonesia sangat melampaui angka kelayakan. Apalagi jika disandingkan dengan prestasi yang diraih.
Di sisi lain, pendapatan klub, jika dari tiket, hak siar, dan sponsor, saya berani bilang hampir semua klub balance-nya negatif alias minus. (Jangan menengok ke era APBD, ini sudah jaman profesional bung).
Rata-rata jumlah penonton di ISL (sebagai sampel, karena pada bilangnya paling rame), untuk klub besar seperti Persib dan Arema, berada di kisaran angka 20 ribuan. Persija (22.908), Arema (21.724), Persipura (20.068). Sedangkan untuk klub-klub kecil rata-rata 5000-7000 orang saja.
Sebagai ilustrasi, pendapatan kotor dari tiket dengan kehadiran 20.000 penonton dikali harga tiket (misal) Rp. 20.000 dikali jumlah pertandingan kandang 17x (untuk liga yang diikuti 18 klub), maka “hanya” akan menghasilkan pendapatan kotor sebesar Rp. 6,8 Miliar. Ingat, ini adalah pendapatan kotor, belum dipotong biaya sewa stadion, keamanan, dll.
Sedangkan, jika sebuah tim memiliki 18 orang pemain dengan nilai kontrak Rp. 300 juta, maka akan mengeluarkan Rp. 5,4 miliar untuk menggaji mereka. Jika sebuah klub memiliki skuad lebih dari 18 dan juga pemain asing, tentu pengeluarannya akan lebih besar. Terlebih jika gaji staff dan manajemen juga dimasukkan. Belum lagi pemberian bonus pertandingan jika tim menang. Apalagi bagi tim kecil dengan penonton sedikit, pemasukan lebih kecil pula.
Manajemen klub-klub sepakbola Indonesia, seolah tidak menyadari potensi dari klub yang mereka pegang. Atau memang sadar tapi memaksakan diri???
Tentu aliran keuangan klub tidak sesederhana itu. Namun, ilustrasi di atas dimaksudkan memberi gambaran sederhana tentang keuangan klub. Ternyata tak ada salahnya juga dulu PSSI sempat melontarkan wacana pembatasan nilai kontrak pemain. Sekarang, resiko yang dikhawatirkan dari wacana tsb benar-benar terjadi.
Memang, jika klub-klub melakukan rasionalisasi gaji (sebagai langkah kecil menekan pengeluaran), makan kapitalisasi sepakbola akan benar-benar tejadi. Uangnya yang nantinya akan unjuk gigi. Hal yang sekarang terjadi di liga-liga Eropa. Di Indonesia, klub dengan basis suporter yang besar memiliki kesempatan lebih besar untuk mencapai prestasi di era kapitalisme sepakbola. Sedangkan, klub dengan basis suporter yang lebih kecil, akan kembang kempis menjalani kompetisi, dan hanya bisa naik-turun kasta seperti West Ham, Wolverhampton, Mallorca, Lecce, dll. Tetapi, itulah seleksi alam

2. Hakekat Pelatih Dalam Klub Sepak Bola
Sugiharto (2008:1) menyimpulkan “kepelatihan olahraga adalah pengulangan beberapa gerakan tertentu secara teratur dan sistematis, berirama, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan tubuh”. Suharno (1992:3) menyebutkan pengertian melatih adalah aktivitas pelatih menyiapkan dan menciptakan situasi lingkungan latihan sebaik mungkin dan menghubungkannya dengan anak latih sehingga terjadi proses berlatih secara efektif dan efisien untuk mencapai sasaran latihan pada saat itu.

Seorang pelatih adalah salah satu sumber daya manusia dalam keolahragaan yang berperan sangat penting dalam pencapaian prestasi atlet yang dilatihnya (Budiwanto, 2004:6). Maka seorang pelatih hendaknya selalu berusaha untuk menjadi profesional dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan dan cabang olahraga yang dilatihkan. Seorang pelatih hendaknya memiliki keterampilan sesuai dengan cabang olahraga yang dilatihnya. Pengalaman sebagai pemain akan memberikan nilai tambah tersendiri dalam perannya sebagai pelatih yang memerlukan keterampilan. Misalnya dalam melatih passing dan dribling, maka pelatih harus memberikan contoh gerakan yang baik dari posisi badan hingga kaki, sehingga atletnya tidak mengalami kebingungan dan dapat dengan mudah menirukan gerakan yang diperagakan. Apabila pelatih tidak menguasai keterampilan yang dilatihkan, maka akan terjadi perbedaan persepsi dari masing-masing atlet, sehingga keterampilan yang diharapkan dikuasai atlet tidak dapat tercapai.
Martens (2004: 1-365) menyebutkan bahwa “ becoming a succesfull coach is principles of teaching, principles of behavior, principles of teaching, principles of physical training and principles of management”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi pelatih yang sukses harus memiliki 6 prinsip, diantaranya prinsip dalam melatih, prinsip perlakuan, prinsip pengajaran, prinsip latihan fisik dan prinsip managemen. Prinsip melatih terdiri dari mengembangkan filosofi melatih, menentukan obyek yang dilatih, memilih gaya melatih, melatih karakter dan melatih berbagai atlet. Kemudian dalam prinsip perlakuan terdiri dari berkomunikasi dengan atlet, memotivasi atlet dan mengatur perilaku atlet. Prinsip pengajaran terdiri dari cara melatih mendekati permainan, pokok latihan, melatih energi tubuh, melatih kekuatan tubuh, kemampuan atlet dan memerangi obat-obatan. Sedangkan prinsip managemen terdiri dari mengatur sebuah tim, mengatur hubungan relasi dan mengatur resiko yang diperoleh.
Pelatih adalah tokoh sentral dalam proses latihan. Tokoh sentral tersebut harus memiliki ciri-ciri yang ideal antara lain, kepribadian, kemampuan fisik, keterampilan, kesegaran jasmani, pengetahuan dan pola pikir ilmiah, pengalaman, human relation dan kerjasama, dan kreatifitas (Budiwanto, 2004:5). Menjadi seorang pelatih harus memiliki ciri-ciri tersebut karena hal itu sangat mempengaruhi kualitas latihan yang dilakukan serta dalam menyusun jadwal latihan yang akan dilakukan sesuai dengan sistematika dalam latihan. Seorang pelatih harus selalu tampil prima baik secara fisik maupun mental. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi kejiwaan para atletnya baik pada saat latihan ataupun dalam menghadapi tekanan suatu perandingan. Pelatih yang memiliki kesegaran jasmani yang baik akan mampu memimpin dan menjalankan program latihan yang sudah disusun dan mampu memberikan gerakan keterampilan yang dilatihkan kepada atletnya.
Selain beberapa hal tersebut, pelatih juga harus memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik sesuai dengan pendapat Martens (2004: 96) “succesfull coaches are masterful communications and unsuccesfull coaches often fail not because they lack knowledge of the sport but because off poor komunications skills”. Pendapat tersebut berarti kesuksesan pelatih adalah kemahiran berkomunikasi dan ketidaksuksesan pelatih bukan sering terjadi karena mereka kurang mengetahui olahraganya, tetapi karena keahlian berkomunikasi yang buruk. Jadi keahlian berkomunikasi harus dimiliki oleh pelatih agar mampu melakukan sesuatu hal sesuai dengan tujuannya.
Kesehatan mental merupakan salah satu aspek kejiwaan yang mutlak dimiliki seorang pelatih. Dalam melakukan latihan, banyak sekali gangguan dan masalah yang harus dihadapi pelatih, baik masalah internal, eksternal maupun masalah alam. Pelatih harus mampu menghadapi masalah tersebut dengan mempertimbangkan segala sesuatunya dengan analisa yang cepat dan tepat. Pelatih juga harus mempertimbangkan kondisi atletnya saat ada gangguan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan atlet yang melakukan olahraga (pertandingan/perlombaan) selalu mempengaruhi dan membangkitkan emosi-emosi, impulse-impulse dari atlet tersebut (Yohanes, 1991:19). Kemampuan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam melatih tidak terlepas dari tingkat kecerdasan pelatih sendiri. Tingkat kecerdasan tersebut menunjuk pada Intelegence Quotient (IQ). Makin tinggi IQ pelatih, maka makin cepat dan maksimal dalam menganalisa dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam pelatihan.
Seorang pelatih juga harus memiliki kreatifitas dan daya imajinasi yang kuat, sehingga kualitas latihan dapat terus berkembang dan meningkat sesuai dengan harapan pelatih. Pelatih tidak hanya boleh puas dengan apa yang ia berikan dari hasil meniru dari kegiatan latihan yang didapatnya dari pelatih lain. Inovasi dan kreasi dalam menciptakan atau memodifikasi kegiatan latihan dapat meingkatkan prestasi dan keterampilan atletnya secara maksimal.
Harus disadari bahwa dalam melatih atlet dewasa dengan anak usia dini sangatlah berbeda, jadi pelatih harus memperhatikan kemampuan dan usia atletnya. Pelatih juga harus mencintai pekerjaan dan kegiatannya sebagai pelatih dan tidak hanya berpedoman pada materi saja, karena hal tersebut sangat mempengaruhi tingkat kepuasan diri. Apabila pelatih hanya memperhatikan materi saja, maka kemungkinan perkembangan atlet kurang diperhatikan. Menjadi seorang pelatih tidak boleh cepat merasa puas dengan hasil yang sudah dicapai, sehingga harus terus meningkatkan prestasi atletnya dengan selalu melakukan regenerasi dan peningkatan keterampilan yang baik.
Martens (2004: 71) menyebutkan bahwa “early adolescence (11 to 14 years), many believe that when adolescents go through the growth spurt they experience awkwardness (lack of agility, balance and coordination) until they have a chance to accommodate these changes”. Hal tersebut berarti sebelum masa muda (11 sampai 14 tahun), banyak yang percaya bahwa ketika remaja kekuatan pertumbuhan pengalaman mereka masih kacau (seperti kelincahan, keseimbangan dan koordinasi) sampai mereka mempunyai sebuah pilihan untuk mencukupi perubahan mereka. Jadi pada masa remaja kecenderungan pertumbuhan akan lemah apabila tidak ada tindakan untuk mengubahnya. Peran pelatih sangat berguna untuk mengubah pertumbuhan tersebut ke arah yang positif.
Berdasarkan beberapa pengertian di depan, maka dapat disimpulkan bahwa pelatih adalah seseorang yang melakukan pelatihan terhadap orang atau sekelompok orang untuk beberapa gerakan yang sistematis, berirama dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan tubuh yang dilakukan secara berulang-ulang.
Pelatih adalah seorang yang profesional yang tugasnya membantu atlet atau team dalam mencapai prestasi yang tinggi. Pelatih selain bertugas dalam membantu atlet juga memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk watak ayau tingkah laku atletnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Seorang pelatih adalah sosok panutan bagi masyarakat sehingga tingkah lakunya akan diperhatikan oleh masyarakat, oleh karena itu pelatih sebagai sosok panutan harus bisa berperan sebagai model bagi masyarakat. Utuk mengoptimalkan penampilan, menjamin keselamatan, dan menaikan kesejahteraan olahragawan, para pelatih harus secara teratur menyesuaikan diri dengan perkembangan terbaru dan mengubah praktek latihannya. Perubahan seperti itu hanya dapat terjadi apabila :
1. Memiliki pemahaman atas perinsip-prinsip yang penting mengenai masing-masing bidang ilmu yang relevan
2. Harus rajin mencari pengetahuan baru dalam ilmu olahraga. Akan tetapi pelatih tidak perlu menjadi ilmuan dalam arti yang sesungguhnya, tetapi untuk menjadi profesional, pelatih harus menjadi konsumen aktif informasi ilmiah dan menerapkannya dalam dunia pelatihannya.

Tugas Peran Dan Kepribadian Pelatih
Tugas pelatih bukan hanya membantu atlet untuk meraih prestasi, akan tetapi lebih jauh dari itu, pelatih juga harus menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung didalam olahraga. Artinya bukan hanya juara yang dikejar oleh pelatih akan tetapi perilaku sosial atlet juga harus mendapat perhatian, karena atlet adalah model bagi masyarakat.
Di bawah ini akan diuraikan beberapa tugas utama seorang pelatih, dan juga termasuk harus bagaimana sebenarnya perilaku seorang pelatih dalam masyarakat.
1. Prilaku. Prilaku seseorang pelatih dimasyarakat harus menjadi contoh yang baik dalam masyarakat, artinya jangan sampai seorang pelatih ada perilakunya yang tidak sesuai dengan norma atau aturan-aturan kehidupan dalam masyarakat. Karena kehidupan seorang pelatih selalu jadi sorotan masyarakat.
2. Kepemimpinan. Jiwa kepemimpinan harus di miliki oleh seorang pelatih. Sebagai seorang pemimpin, pelatih harus mampu memberikan motivasi kepada atletnya juga harus mau menerima saran dari para pembantunya. Juga sifat seorang pemimpin akan terlihat dalam kondisi yang sekalipun kritis. Contohnya dalam keadaan klubnya atau atletnya kalah seorang pelatih harus bisa memperlihatkan sifat getelmennya.
3. Sikap sportif. Artinya dalam kondisi atau situasi apapun kita harus bisa menghormati keputusan yang dibuat oleh wasit, meskipin keputusan wasit itu sangat merugikan klub atau atletnya dan menghormati kemenangan lawan, akan tetapi bukan berarti kita harus sering mengalah melainkan kita kalah dengan terhormat.
4. Pengetahuan dan Keterampilan. Tidak diragukan lagi seorang pelatih harus memiliki dan menguasai pengetahuan yang luas terutama pengetahuan tentang ilmu-ilmu yang mendukung dalam proses pelatihan, juga harus mampu memberikan contoh yang baik dalam hal keterampilan cabang olahraganya. Jadi intinya seorang pelatih itu adalah seorang yang berpendidikan.
5. Keseimbangan emosional. Kemampuan bersikap wajar dalam kondisi dan situasi yang sangat tertekan, atau terpaksa harus menerima kenyataan di lapangan padahal klubnya di rugikan itu adalah tingkat keseimbangan emosional yang baik. Artinya seorang pelatih harus mampu mengendalikan emosinya (self control) dan yang penting lagi sikap ini harus bisa di tularkan kepada atletnya.
6. Imajinasi. Kemampuan ini adalah kemampuan untuk membentuk khayalan-khayalan mental tentang obyek yang tidak nampak. Ini biasanya tertuang dalam proses latihan yang selalu menciptakan hal-hal yang baru juga dalam taktik permainan, baik taktik menyerang ataupun taktik bertahan.
7. Ketegasan dan Keberanian. Seorang pelatih harus memiliki keberanian yang tegas dalam mengambil keputusan pada kondisi yang tertekan.
8. Humor. Satu sikap yang nampaknya sangat enteng padahal sangat perlu, cita rasa humor yang tinggi akan mendekatkan hubungan dengan para atletnya. Kemampuan untuk bisa membuat atletnya tertawa sehingga menimbulkan suasana yang rilex,menyegarkan dan akan membawa dampak yang positif pada atletnya.
9. Kesehatan. Betapa beratnya tugas seorang pelatih, disamping tugas sehari-harinya dia juga harus mempersiapkan program untuk latihan esok harinya. Ini menuntut kesehatan dan vitalitas yang tinggi dari seorang pelatih.
10. Administrator. Pelatih juga sebagai pengelola olahraga, oleh karena itu harus mampu mengorganisir program latihan dan pertandingan, menginventarisir data-dataatletnya, data kemajuan dan kemunduran yang dialami oleh atletnya dan tidak boleh terlewatkan dari analisisnya.

2. GAYA KEPEMIMPINAN PELATIH
Berbagai gaya atau kepemimpinan dalam melatih sering dipakai oleh pelatih gaya yang dipakai itu ada yang cocok ada yang tidak, sehingga dalam proses melatihnya dia berhasil ada juga yang gagal dalam melatihnya.
Secara garis besartipe atau gaya kepemimpinan melatih itu menurut Pate and Rottela dan McClenaghan (1993) ada 4 tipe. Yaitu terdiri dari :
1. Gaya kepemimpinan Otoriter
Ciri-ciri gaya melatih yang otoriter adalah sebagai berikut :
o Berkuasa penuh terhadap pengendalian atlet dan orang lain.
o Selalu memerintah dalam kelompoknya
o Semua pekerjaan dikerjakan sesuai dengan keyakinannya.
o Kurang menghargai kedudukan orang lain
o Selalu memberikan hukuman bagi yang mengabaikan tugasnya.
o Pembagian pekerjaan selalu di putuskannya
o Semua ide muncul atas keputusannya
2. GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRASI
Ciri-ciri gaya melatih yang demokrasi adalah sebagai berikut :
o Ramah dan bersahabat
o Rencana kerja slalu didiskusikan dengan kelompok
o Tidak terlalu mengikat
o Slalu menerima dari saran dari pihak lain
3. Gaya kepemimpinan berpusat pada atlet. Ciri-cirinya
o Penekanan utama memenuhi kebutuhan atlet
o Selalu berinteraksi dengan atlet dan orang sekitar
o Akan berhasil dalam tingkat kesulitan yang sedang
o Kurang mendorong semangat tempur kepada atlet
4. Gaya kepemimpinan yang berpusat pada tugas. Ciri-cirinya :
o Fokus terhafap kemenangan
o Kurang berinteraksi dengan atlet
o Slalu sukses dalam tugasnya
• Kurang harmonis dengan anggota se tim


3. Sudah Tepatkah Melakukan Pergantian Pelatih Di Tengah Musim
Transfer windows
MASA BERBURU, merupakan periode dalam satu tahun setiap klub dapat mendatangkan pemain baru entah dari satu negara atau negara lain. Transfer akan komplet saat pihak klub mendaftarkan pemainnya ke FIFA sebelum batas terakhir transfer. Transfer windows telah menjadi istilah resmi yag biasa digunakan untuk mendatangkan dan kemudian mendaftarkan pemain baru. Ini sesuai dengan yang dituangkan di FIFA Regulations on the status and Tranfer of Player.
Berdasarkan regulasi masing-masing asosiasi sepakbola diperbolehkan memutuskan periode transfer windows. Yang artinya waktu untuk membeli pemain dan kemudian didaftarkan ke FIFA antara Negara satu dengan Negara lainnya berbeda.
Akan tetapi, FIFA telah menetapkan dua periode dalam transfer windows pertama yakni pada awal musim dan pertengahan musim atau yang sering disebut summer transfer dan winter transfer di sejumlah negara Eropa. Periode transfer windows pertama tak melebihi 12 minggu, sementara transfer windows kedua tak boleh melebihi empat minggu.
soccer
Performance Related Clause
BERDASARKAN PERFORMA
Salah satu klausul yang ,melekat dalam dalam transfer ini baru muncul dalam beberapa tahun terakhir. Biasanya ini dikenakan pada pemain baru yang masih muda namun memiliki talenta spesial atau pemain baru yang sebelumnya tak diperhitungkan dapat melejit peformanya secara mengesankan diklub lamanya. Tujuannya, klub penjual medapat uang lebih secara bertahap
Secara harfiah klausul ini merupakan sebuah kesepakatan antara dua klub, dimana klub A membeli pemain dari klub B dengan harga yang telah disepakati. Tapi klausul yang mengatakan klub A sebagai pembeli harus membayar lagi sejumlah uang yang telah ditentukan andai pemain itu bisa mengantarkan klub A meraih gelar juara. Atau si pemain berhasil mencetak banyak gol. INtinya, si pemain mampu menunjukkan performa dan prestasi yang gemilang
Salah satu contoh terjadi pada Manuer Neuer dari FC Schalke ke Bayern Munchen. Dia digaet dengan nilai 18 juta euro dan dikontrak hingga 2016. Namun andai mampu juara Bundesliga. Pihak Bayern harus membayar lagi ke Schalke sebesar 3 juta euro. Jika juara Liga Champions, 4 juta euro harus disetorkan lagi. soccer
Buy Back Clause
MEMATANGKAN PEMAIN
Ini merupakan sebuah klausul yang melekat pada klub yang menjual seorang pemainnya ke klub lain. Dalam kesepakatan, klub penjual bisa membeli kembali si pemain dengan dari klub pembeli dengan aturan yang telah disepakati. Opsi pembelian kembali ini intinya pihak penjual wajib mematuhinya.
Biasanya klausul ini digunakan oihak penjual dengan harapan si pemain yang dijual bisa bermain cemerlang di klub barunya. Dengan kata lain mematangkan potensi si pemain diklub baru. Namun jika tak menampilkan performa yang mengesankan pihak penjual dapat membelinya kembali. Ini terjadi pada kasus Oriol Romeu yang pindah dari Barcelona ke Chelsea dengan durasi 2 tahun. Jika Chelsea tidak memperpanjang, maka Barcelona dapat membelinya kembali. soccer
Co-Ownership
MINIMALKAN PENGELUARAN
Dunia transfer akhir-akhir ini diramaikan dengan istilah kepemilikan bersama atau co-ownership. Di Italia dikenal dengan sebutan comproprieta. Itu adalah suatu system dua klub yang memiliki kontrak satu pemain secara bersamaan. Hanya saja, pemain itu hanya terdaftar bermain untuk satu klub. ini bukan sistem universal. Biasanya digunakan di Italia. Argentina, Uruguay, dan Cile.
Kebanyakan pemain yang dikontrak menyangdang status pemain muda bertalenta. Sangat beralasan. Jika si pemain dianggap tak sesuai yang diharapkan klub maka akan dijual dengan separuh harga. Lain dari itu, pihak klub enggan berjudi menjual setengah kepemilikan pemain bintang. Klub pun tak terlalu rugi dalam pengeluaran.
Hal ini terjadi pada Stepan El-Shaarawy dari Genoa yang dijual setengah kepemilikannya ke AC Milan. Begitupula Milan juga menjual setengaj kepemilikan Alexander Merker ke Genoa, walau sekarang Merkel dipinjam lagi oleh Milan.
Satu lagi contoh kasus co-ownership yang sukses dilakukan oleh AC Milan yaitu Kevin Princee Boateng memboyong dari Genoa pula. Setelah satu musim dengan Milan bermain dengan menakjubkan, pihak Milan langsung mempermanenkan dengan kepemilikan penuh pada musim kedua di Milan. soccer
Buy Out Clause
PAGAR BAGI PEMAIN
Klausul buy out merupakan istilah yang melekat dalam kontrak seorang pemain yang membela sebuah klub. Itu digunakan untuk memagari pemain agar tidak dibajak oleh klub lain. Biasanya pemain yang memilili klausul ini adalah pemain bintang yang sedang meroket permainannya dan memiliki value yang tinggi. Dia bisa berseragam klub lain andai ada klub yang sanggup membayar nilai klausul buy out saat si pemain masih memiliki kontrak bersama klub lamanya.
Siapa yang tak kenal bomber asal Portugal ini, Cristiano Ronaldo. Saat masih berkostum Manchester United bermain moncer dan meraih banyak gelar termasuk pemain terbaik dunia. Pemain yang memiliki tubuh yang atletis saat itu diincar mati-matian oleh Real Madrid walaupun Manchester sudah memagari Ronaldo dengan value yang fantastis. Namun akhirnya Real Madrid memaksa CR7 (julukan di MU) beganti nama menjadi CR9 di Madrid (nomor 7 Madrid masih dipakai Raul Gonzales) dan memecahkan rekor transfer Ricardo Kaka 56 juta euro (AC Milan ke Madrid) dengan nilai 80 juta euro. Yang menjadikan dia saat ini Pemain Termahal Dunia. soccer
Third Party
MENGATASI KEBANGKRUTAN
Kepemilikan pihak ketiga dalam sepakbola adalah kepemilikan hak ekonomi seorang pemain oleh pihak ketiga seperti agen sepakbola, lembaga olah raga, atau investor lainnya. Keterlibatan investor dalam kepemilikan pemain adalah praktek umum dalam sepakbola, terutama di Brasil dan Argentina karena banyak klub yang bangkrut atau mengalami krisis financial.
Untuk mengatasinya jelas pihak klub memperbolehkan pengusaha atau investor lain membeli hak ekonomi pemain muda dan kerap memberikan dana untuk biaya latihan dan akomodasi. Sebagai imbalannya, mereka berhak mendapatkan presentase dari transfer si pemain. Artinya, jika pemain itu dijual, pihak ketiga yang ikut memilikinya berhak menentukan bagian dari proses transfer tersebut.
Salah satu kasus yang banyak menyita perhatian adalah transfer Carlos Tevez dan Javier Macherano dari Corinthians ke West Ham United pada Agustus 2006 silam. Hak kepemilikan kedua pemain dimiliki oleh Media Sport Investments (MSI) pimpinan Kia Joorachian. MSI mengontrol 51% saham Corinthians. Tak hanya itu MSI juga ikut memiliki hak ekonomi beberapa pemain lain seperti Marcelo Mattos, Gustavo Nery, Roger, Carlos Alberto, Sebastian Dominguez, Marinho, dan Rafael Moura.
FIFA sendiri sudah melarang keterlibatan pihak ketiga dalam kepemilikan hak ekonomi pemain sejak Oktober 2007 silam. Itu si atu dalam artikel 18 FIFA Rules on the Status and Transfer of Player. soccer
Transfer Ban
HUKUMAN FIFA
Larangan transfer merupakan bentuk hukuman dari FIFA kepada klub yang melanggar aturan dalam transfer pemain. Biasanya dijatuhkan dalam durasi setahunhingga dau tahun. Klub dilarang membeli pemain baru pada masa bursa transfer.
AS Roma pernah kena imbas sanksi ini pada 1 juli 2005 tidak diperbolehkan melakukan transfer selama setahun. I Lupi dinyatakan bersalah telah menggaet Philippe Mexes dari Auxerre padaSeptember 2004 tanpa mengeluarkan uang.
Padahal, Mexes masih terikat kontrak dengan Auxerre. I Lupi dianggap mempengaruhi Mexes untuk melanggar kontraknya. Hukuman itu dikurangi setelah I Lupi mengajukan banding ke CAS. Namun I Lupi harus membayar kepada Auxerre sebesar 7 juta euro yang memang harga dari Mexes.
Pada 3 September 2009, Chelsea dilarang membeli pemain baru pada transfer musim dingin 2010 dan transfer musim panas 2010. Chelsea dianggap bersalah dalam proses transfer Gael Kakuta dari Lens. Namun, hasil banding menetapkan Chelsea tak bersalah dan larangan transfer dicabut. soccer LoanPALING MUDAH MEMINJAM pemain adalah opsi paling mudah untuk mendatangkan pemain baru tanpa harus mengeluarkan dana berlebih. Peminjaman pemain ada beberapa jenis. Antara lain, peminjam pemain dengan membayar kepada klub pemilik si pemain, peminjaman pemain tanpa membayar kepada klub pemilik, dan peminjaman pemain dengan opsi pembelian permanen.
Kasus terakhir terjadi pada Aquilani dipinjam oleh AC Milan dengan opsi pembelian permanent dari Liverpool. Milan mau mempermanenkan status Aquilani sebagai pemain Milan dengan syarat mampu tampil 25 disemua laga di Milan. Jika syarat itu terpenuhi maka Milan wajib membeli pemain tersebut.
Namun kesepakatan peminjaman pemain intinya tergantung dua pihak klub. Persoalan gaji si pemain juga harus berdasarkan kesepakatan. Biasanya klub peminjam memiliki kewajiban untuk menggaji pemain yang dipinjam. Soccer
Lalu apakah sudah tepat untuk mengganti pemain, bahkan pelatih di pertengahan musim. Semua itu tergantung pada kondisi team saat itu, team managemen mempunyai penilaian tersendiri untuk para arsitek yang menangani team mereka. Jika di rasa arsitek masih mampu untuk mengolah team maka managemen tidak akan menggantinya, tetapi jika di rasa arsitek atau pelatih dirasa tidak mampu menangani team tersebut maka managemen akan menggantinya.
Tetapi mengganti pelatih di pertengahan musim terkesan terburu – buru, karena ada juga pelatih yang membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan kondisi team. Tetapi itu semua kembali ke managemen suatu team.
Ini lah beberapa contoh fakta yang terjadi jika suatu team merombak teamnya pada pertengahan musim :
Ruud Gullit: Langkah QPR Tidak Tepat
Ruud Gullit menilai keputusan QPR untuk mengganti pelatih di tengah musim tidak akan membawa mereka lebih baik dari sebelumnya.
Mantan pelatih Chelsea Ruud Gullit mempertanyakan momen penunjukkan Mark Hughes sebagai pelatih baru di Queens Park Rangers.
Gullit menilai langkah yang diambil QPR dengan mengganti pelatih di tengah musim sangat tidak tepat.
"Ketika anda mengganti pelatih di tengah musim, pada pertandingan pertama selalu akan ada perubahan. Biasanya akan ada respon dari pemain-pemain dan ada enegi baru. Tetapi kemudian semua itu tiba-tiba menghilang begitu saja. Asosiasi manajer Liga telah membuat laporan yang menunjukkan hal tersebut," ujar Gullit kepada the London Evening Standard.
"Ini adalah pembenahan dalam sekejap, bukan solusi jangka panjang. Itulah yang dikatakan statistik dan mereka tidak berbohong. Anda selalu berharap semuanya menjadi lebih baik, tetapi itu tidak selalu terjadi."
"Banyak kasus yang menunjukkan bahwa hal tersebut tidak lebih baik dari sebelumnya. Ini adalah perjudian, begitulah jika anda mengganti pelatih. Orang-orang di manajemen tidak tahu bagaimana cara kerjanya. Mereka hanya berharap semuanya menjadi lebih baik."
Musim ini penampilan Napoli seakan antiklimaks dengan beberapa musim lalu, yang mana jika musim lalu merupakan salah satu tim pesaing kuat peraih scudeto namun musim ini justru jeblok adalah hasil yang masih didapati El Partonopei. Sampai dengan pekan ke empat pentas Seri A dimainkan tercatat Napoli hanya meraih satu kali kemenangan, satu kali hasil imbang dan dua kali menelan kekalahan. Hasil yang pastinya terbilang sangat buruk untuk tim yang dihuni pemain – pemain berkualitas jempolan. Buruknya performa ini sendiri memberikan imbas buruk utamanya pada allenatore Napoli Rafael Benitez. Kabar yang mencuat jika sang pelatih diprediksikan bakalan segera lengser dari kepelatihannya.
Musim ini menjadi hal yang menyakitkan buat Napoli karena hasil buruk terus menghantui klub asal Naples ini. Bahkan dalam pentas Liga Champions sendiri mereka juga gagal mengikuti setelah dalam babak playoff dikandaskan oleh Atletico Bilbao. Rentetan hasil buruk ini mencuatkan rumor kepelatihan Benitez akan segera berakhir di Napoli dan yang dikabarkan akan menjadi suksesor adalah mantan pelatih Manchester City yakni Roberto Mancini yang akan didatangkan. Meski hanya sebatas isu saja namun hal ini dinilai kalangan luas bukan sebagai sebuah penyelesaian, hal ini sendiri diberikan opininya oleh Ottavio Bianchi yang notabene adalah pelatih Napoli pada 1985-1989 dan 1992 – 1993.
Mantan alloenatore Napoli ini sendiri mengungkapkan jikalau langkah Napoli yang tepat adalah tetap mempercayai Benitez sebagai pelatih. Hal ini dikarenakan memang menggantikan sosok penting seperti pelatih di tengah musim tak akan mungkin mampu menyelesaikan masalah yang ada. “Saya tak terlalu paham situasi Napoli sekarang. Jadi, mustahil bagi saya untuk memberikan penilaian. Satu-satunya hal yang ingin saya katakan adalah saya selalu yakin bahwa mengganti pelatih di tengah musim bukanlah sesuatu yang bisa menyelesaikan masalah tim,” tutur Ottavio Bianchi kepada media.
Sampai saat ini sendiri masalah apa yang sejatinya ada pada Napoli memang belum terkuak asal muasalnya. Beberapa kali isu yang ada memang Benitez sudah tak cocok dengan presiden Napoli saat ini. Bahkan mengenai minimnya pemain yang didatangkan disinyalir juga menjadi sebab buruknya Napoli musim ini. Namun apapun permasalahannya jelas ini masih musim baru dan masih ada banyak laga yang akan dilakukan Napoli. Tinggal bagaimana kiprah Benitez dalam klub ini dalam memberikan kontribusinya dan sampai kekalahan masih membayangani El Partonopei maka bukan suatu hal mustahil tengah musim ini kepelatihannya akan lengser di klub ini.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Finansial adalah kata yang sangat akrab di telinga para ekonom atau siapapun yang bergerak di bidang ekonomi. Finansial sering diartikan dengan keuangan.
2. Penyebab meningkatnya pendapatan keuangan klub-klub Eropa adalah (i) meningkatnya pendapatan dari lisensi hak penyiaran; (ii) meningkatnya pendapatan dari iklan dan sponsor; dan (iii) komersialisasi tiket yang semakin tajam
3. Sugiharto (2008:1) menyimpulkan “kepelatihan olahraga adalah pengulangan beberapa gerakan tertentu secara teratur dan sistematis, berirama, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan tubuh”.
4. Suharno (1992:3) menyebutkan pengertian melatih adalah aktivitas pelatih menyiapkan dan menciptakan situasi lingkungan latihan sebaik mungkin dan menghubungkannya dengan anak latih sehingga terjadi proses berlatih secara efektif dan efisien untuk mencapai sasaran latihan pada saat itu.
5. Gaya kepemimpinan seorang pelatih klub sepak bola :
6. Gaya kepemimpinan otoriter
7. Gaya kepemimpinan demokrasi
8. Gaya kepemimpinan berpusat pada atlet
9. Gaya kepemimpinan yang berpusat pada tugas
10. Berdasarkan regulasi masing-masing asosiasi sepakbola diperbolehkan memutuskan periode transfer windows. Yang artinya waktu untuk membeli pemain dan kemudian didaftarkan ke FIFA antara Negara satu dengan Negara lainnya berbeda.
11. Akan tetapi, FIFA telah menetapkan dua periode dalam transfer windows pertama yakni pada awal musim dan pertengahan musim atau yang sering disebut summer transfer dan winter transfer di sejumlah negara Eropa. Periode transfer windows pertama tak melebihi 12 minggu, sementara transfer windows kedua tak boleh melebihi empat minggu.
12. Transfer pemain atau pelatih di anggap tepat jika memang suatu team membutuhkan figure seorang pelatih yang baru, tetapi harus dengan perhitungan dan perencanaan resikonya. Dengan kondisi finansial yang mempuni suatu team dapat merombak teamnya kapan saja demi terwujudnya team yang ideal.
13. Transfer pemain atau pelatih di anggap tidak tepat jika terkesan terburu – buru, atau managemen tidak sepenuhnya melihat kondisi team hanya melihat secara instan saja.




DAFTAR RUJUKAN

http://www.heqris.com/2014/12/pengertian-finansial-dan-penerapannya.html
http://olahraga.kompasiana.com/bola/2014/03/31/menengok-perkembangan-industri-sepakbola-eropa-643528.html
http://ndrakbar.blogspot.com/2013/12/hakekat-pelatih.html
http://haryadideni.blogspot.com/2013/09/pengertian-pelatih-coach.html
http://olahraga.kompasiana.com/bola/2012/05/28/krisis-finansial-klub-klub-sepakbola-indonesia-salah-sendiri-460620.html
https://udanlinggis.wordpress.com/2012/02/19/istilah-dalam-transfer/
http://bola.potret.co/italia/performa-buruk-napoli-tak-butuh-ganti-pelatih